Informasi keterjadian gempa dari segi waktu

Dari segi waktu, penyampaian informasi keterjadian gempa terbagi tiga, yaitu pasca gempa, saat gempa, dan sebelum gempa.

Diantara ketiganya, yang paling sering ditemui dan paling luas penetrasinya kepada masyarakat adalah informasi pasca gempa. Baik radio, televisi dan grup-grup media sosial seringkali dibanjiri oleh informasi pasca gempa seperti informasi letak episenter, kedalaman, dan kekuatan gempa, kurang lebih 5 – 10 menit setelah gempa terjadi. Apakah informasi tersebut bisa disebar dalam kurun waktu 30 detik? Tidak mudah untuk menjawab tantangan itu, sebab penentuan episenter, kedalaman dan kekuatan gempa memerlukan perhitungan terhadap data yang diperoleh dari sejumlah stasiun gempa di berbagai tempat. Dampak informasi pasca gempa bagi upaya pencegahan timbulnya kerugian dan jatuhnya korban sama sekali tidak ada. Baik masyarakat yang dekat maupun yang jauh dari lokasi episenter hanya menerimanya sebagai sebuah berita, yang kemudian mereka broadcast ke grup-grup media sosial.

Yang kedua adalah informasi saat gempa. Karena keterbatasan teknologi, konten informasi saat gempa terjadi belum bisa diisi oleh episenter, kedalaman dan kekuatan gempa. Cukup berbentuk suara sirine atau alarm yang menyadarkan masyarakat bahwa sedang terjadi gempa di lokasi tempat dia berada. Sebab kenyataannya tidak sedikit masyarakat yang terlambat menyadari kehadiran gempa di rumahnya atau di tempat kerjanya. Alarm gempa yang baik harus berbunyi dalam kurun waktu kurang dari 3 detik setelah getaran gempa terdeteksi di suatu Kawasan yang luas. Teknologi ini sudah berhasil dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Indonesia dalam bentuk sistem EWAS (Earthquake Warning Alert System) dan diimplementasikan di sejumlah daerah di Indonesia. Dampak informasi saat gempa tiba bagi pencegahan kerugian dan jatuhnya korban relatif ada. Setidaknya masyarakat akan langsung bergerak mencari tempat yang aman untuk menjauh dari benda-benda yang berpotensi jatuh atau rubuh. Masyarakat akan segera keluar dari bangunan saat gempa terjadi, tanpa harus bertanya kepada orang didekatnya apa sedang ada gempa? Apa benar ada gempa?

Yang ketiga adalah informasi sebelum gempa. Berbeda dengan informasi prakiraan cuaca yang bisa memprediksi suatu daerah akan hujan atau tidak pada jam-jam tertentu, hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu menentukan kapan dan dimana gempa akan terjadi. Jangankan hitungan detik, menit, jam ataupun hari dan bulan, dalam orde tahun pun belum ada yang bisa menentukan secara tepat kapan dan dimana gempa akan terjadi. Bahwa gempa di wilayah Indonesia pasti akan selalu terjadi, kita semua sangat meyakininya. Tapi kapan dan dimana, tidak ada yang tahu. Jika ada, Langkah-langkah pencegahan resiko bencana gempa bumi akan lebih maksimal diupayakan oleh pemerintah pusat/daerah, maupun masyarakat.