Starborn Mengajar merupakan program corporate social resposibility (CSR) dari PT Luas Birus Utama untuk dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi.

Program Starborn Mengajar di Fakultas MIPA Universitas Indonesia telah dimulai pada Selasa 22 Februari 2022 dalam bentuk webinar yang mengangkat tema Geoscience – What is Next ? dengan nara sumber utama Arif Gunawan dari TGS (Tomlinson Geophysical Services Inc). Acara webinar ini dihadiri oleh Bambang Sukmonojati selaku Direktur Utama PT. Luas Birus Utama dan Harris Susanto dari Starborn Chemical serta Supriyanto selaku tuan rumah dan Ketua Program Studi Geologi & Geofisika FMIPA UI.
Inisiator program, Harris Susanto, menjelaskan bahwa Starborn Mengajar untuk Departemen Geosains FMIPA UI meliputi 3 kegiatan, yaitu seminar/webinar, short course atau workshop, dan magang atau kerja praktek. “Webinar ini merupakan kick-off dari Program Starborn Mengajar di FMIPA UI”, kata Harris. Dia berharap program ini dapat dimasukkan kedalam Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) – Kemendikud agar mahasiswa dapat memperoleh transfer kredit dari kesertaannya mengikuti Program Starborn Mengajar.
Dalam sambutannya, Supriyanto menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian dan dukungan PT. Luas Birus Utama dalam memajukan mutu pendidikan tinggi di Geosains UI melalui Starborn Mengajar. Dia juga menjelaskan bahwa program kegiatan ini merupakan salah satu upaya FMIPA untuk mencapai indikator kinerja utama perguruan tinggi, yang ditetapkan Kemendikbud, yaitu menghadirkan para praktisi industri dengan jam terbang tinggi untuk mengajar dan berbagi pengalamannya di FMIPA UI.
Sementara, Bambang Sukmonojati menjelaskan bahwa Starborn Mengajar yang merupakan program CSR sebagai bentuk pengabdian pada negeri. Program ini dibentuk sejak tahun 2016 silam yang telah berjalan hingga saat ini. Selain dengan FTUI, Starborn Mengajar juga telah bekerja sama dengan Universitas Kristen Indonesia. Bambang berharap seminar perdana ini dapat menjadi bekal ilmu yang bermanfaat bagi pemuda-pemudi generasi penerus bangsa yang dibekali dengan ilmu yang berkualitas.
Dihadapan 400 peserta webinar, Arif Gunawan menyampaikan generasi sekarang merupakan generasi yang beruntung karena berada di zaman yang berisikan teknologi yang berkembang dengan pesat. Masa-masa ini merupakan era yang challenging terutama untuk G&G karena dunia tidak hanya lebih berfokus ke pengolahan data, namun ada pula target Net Zero 2050. Dimana pada tahun 2050, dunia berjanji untuk tidak menghasilkan emisi karbon. Net zero ini berdampak besar untuk industri G&G karena kebutuhan untuk eksplorasi akan semakin berkurang walaupun rancangan kedepannya tetap membutuhkan energi fosil, seperti contoh kasus ketika kebutuhan batubara akan berkurang, namun kebutuhan akan minyak dan gas akan tetap ada walaupun berkurang dari sebelumnya. Tampak jelas dilihat dari tren yang akan meningkat yaitu renewable energy. Namun, geoscientist sendiri tetap memiliki peluang seperti di bidang CCUS (Carbon Capture, Use and Storage) di bagian imaging technology dan site screening. Pertamina sendiri belakangan ini baru membuka site untuk hal-hal tersebut dan tentunya ini merupakan peluang yang besar bagi geoscientist.
Arif juga membahas bidang-bidang yang berpotensial untuk G&G contohnya Neural Network untuk interpretasi salt (salt identification) yang bisa mengetahui lokasi basin-basin yang memiliki salt. Memang tidak bisa dipungkiri, G&G harus bisa beradaptasi dengan belajar machine learning, coding, dan lainnya agar bisa menghadapi perubahan kedepannya. Apalagi machine learning dapat membantu pengumpulan data di bidang G&G. Seperti pengumpulan data seismic dengan interpretasi yang bagus, yang mana nanti bisa membantu menghemat biaya dan juga meningkatkan efisiensi dalam sebuah pekerjaan.
Stella Eulia (Mahasiswi Geofisika 2021): Sesuai dengan pemaparan Pak Arif Gunawan tentang CCUS, CCUS adalah plan untuk Indonesia menuju Net Zero 2050 dan belum terealisasi. Menurut Pak Arif halangan apa yang menghambat CCUS terealisasi ? lalu apa peran geoscientist muda untuk kedepannya ?
Arif Gunawan (Narasumber): Pemerintah mesti menentukan kementerian mana yang ditugaskan membuat rancangan regulasi tentang CCUS tersebut. Kementerian Lingkungan dan Kementerian ESDM adalah kementerian yang mungkin menaungi tentang CCUS. Kita bisa mendorong pemerintah dalam membuat regulasi tentang CCUS. Sebagai informasi, Pertamina sebenarnya sudah memulai di Tuban dalam mengolah CCUS.