Letusan terakhir Gunung Papandayan terjadi pada tanggal 11 November 2002 letusan ini diakibatkan karena peningkatan aktivitas vulkanis. Erupsi besar yang terjadi tercatat pada tanggal 13-20 November 2002, kemudian aktivitas menurun hingga tanggal 21 Desember 2002. Bukti fisis yang menggambarkan peristiwa erupsi ditunjukkan pada lokasi hutan mati yang ada di Gunung Papandayan. Hutan mati merupakan manifestasi bekas erupsi Gunung Papandayan dimana terlihat pepohonan di lokasi tersebut seperti hangus terbakar. Ini terjadi karena pada saat erupsi gunung melontarkan abu vulkanik yang sangat panas membuat vegetasi di lokasi tersebut mati dan kering. Abu vulkanik yang dilontarkan berasal dari hancurnya batuan di Gunung Papandayan, proses ini karena tipe erupsi yang terjadi adalah erupsi freatik, letusan ini didorong oleh panas dari magma yang berinteraksi dengan groundwater, sehingga menghasilkan abu, tetapi tidak membuat magma baru.
Hutan Mati menjadi salah satu kawasan ikonik di Gunung Papandayan. Di kawasan ini terdapat pohon-pohon mati yang terpanggang akibat dari erupsi Papandayan. Pohon-pohon mati ini menyisakan batang yang terbakar namun masih berdiri kokoh. Bagian bawah dari pohon-pohon ini terkubur oleh endapan piroklastik baik aliran (flow) atau hembusan (surge).
Di lokasi ini para mahasiswa belajar bahwa aliran piroklastik dapat sangat panas hingga menyebabkan terpanggangnya pohon-pohon di kawasan ini. Selain itu, mahasiswa juga belajar bagaimana karakteristik dari endapan piroklastik aliran dan hembusan yang sekarang lebih dikenal sebagai Pyroclastic Density Currents (PDC).