Kuliah Lapangan Vulkanologi Mahasiswa Geofisika di Gunung Papandayan

Kegiatan kuliah lapangan mata kuliah Vulkanologi untuk mahasiswa Geofisika Universitas Indonesia dilakukan di Kawasan Gunung Api Papandayan. Dalam kegiatan ini mahasiswa akan melihat berbagai fenomena vulkanologi secara langsung, diantaranya kawah erupsi samping, manifestasi geothermal, dan kawah aktif gunung api.

Tentang Gunung Papandayan

Gunung Papandayan terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Dari pusat Kota Garut, diperlukan waktu sekitar 1 jam berkendara untuk mencapai Camp David atau kawasan parkir sebelum memulai pendakian di kawah. Ketinggian puncaknya mencapai 2665 mdpl. Gunung Papandayan termasuk ke dalam gunungapi tipe A berdasarkan klasifikasi PVMBG, artinya gunung api ini memiliki erupsi yang tercatat sejak tahun 1600. Karakteristik erupsinya didominasi erupsi tipe freatik hingga freatomagmatik.

Bentang alam yang paling khas dari gunungapi ini adalah morfologi tapal kuda yang terbuka ke arah timur laut. Morfologi tapal kuda ini merupakan runtuhan akibat dari erupsi samping yang terjadi pada tahun 1772. Erupsi ini tergolong besar dan memakan korban lebih dari 2000 jiwa. Pada morfologi tapal kuda terbuka ini terdapat beberapa kawah, seperti Kawah Mas dan Kawah Baru

Sejarah Erupsi Gunung Papandayan

Berdasarkan data dasar Gunung Api dari PVMBG. Gunung Papandayan tercatat mengalami beberapa kali periode erupsi setidaknya sejak tahun 1772. Selain erupsi besar tahun 1772 yang menghasilkan morfologi tapal kuda, erupsi yang cukup terkenal adalah tahun 2002 yang sempat terekam.

Gunung Papandayan berjenis stratovolcano atau gunung api aktif berbentuk kerucut. Peristiwa erupsi samping dengan intensitas erupsi yang tinggi mengakibatkan terjadi landslide yang membawa debris flow berupa aliran lava dan piroklastik dari gunung sehingga tampak gunung papandayan sekarang memiliki morfologi tapal kuda. Morfologi Tapal Kuda, merupakan depresi berarah timur laut mulai dari Kawah Mas hingga Kampung Cibalong dan Cibodas sebagai hasil dari peristiwa pembentukkan endapan guguran puing (debris avalanche deposit).

Kawah Papandayan yang berbentuk morfologi tapal kuda dilihat dari menara pandang di sisi timur laut kawah

Kegiatan Mahasiswa

Dalam kegiatan kuliah lapangan kali ini, mahasiwa akan melakukan pengamatan di berbagai lokasi untuk mengamati secara langsung fenomena vulkanologi.

Di lokasi pertama (Camp David), mahasiswa melakukan persiapan dan mendapatkan gambaran tentang besarnya erupsi tahun 1772 yang membentuk lansekap khas dari Papandayan. Erupsi ini terjadi akibat dari erupsi samping yang diduga akibat runtuhnya tubuh Papandayan ke arah timur laut. Runtuhnya tubuh ini diduga akibat melemahnya salah satu bagian tubuh karena proses alterasi. Sisa-sisa proses alterasi ini dapat kita lihat di dinding kawah sisi barat laut yang berwarna putih, kekuningan, biru-ungu, dan kemerahan.

Morfologi tapal kuda dari Papandayan yang membuka ke arah timur laut akibat erupsi samping tahun 1772. Tampak juga batuan-batuan hasil alterasi hidrotermal berwarna putih kekuningan

Sesi penjelasan awal di Camp David (Pos 1) tentang erupsi dan tipe letusan dari Papandayan

Penampang dari gunung api strato

Di lereng sisi tenggara, kita dapat melihat dinding kawah akibat longsoran. Dinding kawah ini relatif segar dan tersusun atas perselingan antara aliran lava dan endapan piroklastik. Di lokasi ini mahasiswa dapat belajar mengenai komposisi utama yang menjadi penyusun gunung api tipe strato yang merupakan perselingan antara aliran lava dan endapan piroklastik.

Lereng sisi tenggara menunjukan lapisan Gunung Papandayan yang tersingkap akibat dari longsoran saat erupsi. Di foto tersebut terlihat batuan pada lapisan yang berwarna kuning,coklat, putih, dan putih keabu-abuan, ini memvisualisasikan bahwa batuan tersebut telah mengalami proses teralterasi, yaitu perubahan komposisi batuan karena pengaruh hidrotermal yaitu fluida aktif dari gunung papandayan itu sendiri.

Sesi penjelasan mengenai dinding Papandayan akibat alterasi hidrotermal

Mengamati fenomena geothermal dan manifestasinya

Di sekitar Kawah Mas, mahasiswa dapat melihat fenomena panasbumi aktif berupa semburan uap panas berupa solfatara dan fumarola. Di lokasi ini juga mahasiswa akan belajar tentang kandungan volatil utama yang diproduksi gunung api yaitu sulfur yang terdeposisi menjadi kristal di sekitar kawah.

Asap putih pada foto diidentifikasikan sebagai solfatara, yang merupakan bagian dari proses panasbumi yang tampak di Gunung Papandayan. Gas Solfatara (H2S – belerang) adalah hidrogen sulfida yang menunjukkan aktivitas vulkanik yang relatif tenang. Ketika gas belerang dilepaskan dari magma dan bertemu dengan air tanah saat naik, belerang dapat bereaksi dengan air dan membentuk hidrogen sulfida (H2S). Dikutip dari USGS, kehadiran H2S biasanya menunjukkan aktivitas vulkanik relatif tenang karena air tanah mampu menyaring banyak gas belerang yang naik dari magma. Gas solfatara diinterpretasikan naik ke permukaan diantara rekahan-rekahan manifestasi letusan yang terjadi pada Gunung Papandayan.

Sesi penjelasan mengenai manifestasi energi panasbumi

Dampak dan deposit erupsi Papandayan di Hutan Mati

Letusan terakhir Gunung Papandayan terjadi pada tanggal 11 November 2002 letusan ini diakibatkan karena peningkatan aktivitas vulkanis. Erupsi besar yang terjadi tercatat pada tanggal 13-20 November 2002, kemudian aktivitas menurun hingga tanggal 21 Desember 2002. Bukti fisis yang menggambarkan peristiwa erupsi ditunjukkan pada lokasi hutan mati yang ada di Gunung Papandayan. Hutan mati merupakan manifestasi bekas erupsi Gunung Papandayan  dimana terlihat pepohonan di lokasi tersebut seperti hangus terbakar. Ini terjadi karena pada saat erupsi gunung melontarkan abu vulkanik yang sangat panas membuat vegetasi di lokasi tersebut mati dan kering. Abu vulkanik yang dilontarkan berasal dari hancurnya batuan di Gunung Papandayan, proses ini karena tipe erupsi yang terjadi adalah erupsi freatik, letusan ini didorong oleh panas dari magma yang berinteraksi dengan groundwater, sehingga menghasilkan abu, tetapi tidak membuat magma baru.

Hutan Mati menjadi salah satu kawasan ikonik di Gunung Papandayan. Di kawasan ini terdapat pohon-pohon mati yang terpanggang akibat dari erupsi Papandayan. Pohon-pohon mati ini menyisakan batang yang terbakar namun masih berdiri kokoh. Bagian bawah dari pohon-pohon ini terkubur oleh endapan piroklastik baik aliran (flow) atau hembusan (surge).

Di lokasi ini para mahasiswa belajar bahwa aliran piroklastik dapat sangat panas hingga menyebabkan terpanggangnya pohon-pohon di kawasan ini. Selain itu, mahasiswa juga belajar bagaimana karakteristik dari endapan piroklastik aliran dan hembusan yang sekarang lebih dikenal sebagai Pyroclastic Density Currents (PDC).

 

Sesi penjelasan mengenai dampak erupsi dan keberadaan deposit di Hutan Mati