Kegiatan penelitian di pulau yang jauh dari penduduk ini dilakukan untuk menguji hipotesis tentang terjadinya slab tearing yang mempengaruhi komposisi magma pada busur gunung api Sunda. Seperti yang kita diketahui, busur Sunda merupakan suatu busur gunung api yang dimulai dari utara Pulau Sumatra dan menerus ke Pulau Jawa, Kepulauan Sunda Kecil (Kepulauan Nusa Tenggara), dan juga Kepulauan Maluku. Sepanjang jalur magmatisme, terdapat litosfer yang tersubduksi ke bawah. Terkadang, lempengan (slab) litosfer yang tersubduksi ini bisa sobek selama proses subduksi (slab tear). Keberadaan sobekan ini dapat menyebabkan terjadinya proses magmatisme yang unik pada kerak yang berada tepat di atasnya. Magmatisme akibat proses slab tear ini akan memiliki anomali geokimia yang karena mendapatkan lebih banyak suplai magma dari astenosfer. Akibatnya, vulkanisme akan menghasilkan batuan yang lebih bersifat alkali, berbeda dari vulkanisme normal pada busur gunung api.
Selain dari komposisi kimia yang berbeda, keberadaan sobekan ini juga memungkinkan terdapatnya anomali dari lokasi vulkanisme. Vulkanisme yang berkaitan dengan proses slab tear bisa jadi terdapat jauh dari busur vulkanik yang ada. Hal inilah yang kemungkinan kita lihat di Batu Tara. Selain di Batu Tara, fenomena yang sama kemungkinan kita temui di Gunung Muria, Provinsi Jawa Tengah, dan juga Bukit Telor, Provinsi Jambi. Anomali spasial seperti ini tidak selalu terjadi, misalnya pada Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat yang memiliki anomali geokimia.